Mengubah Paradigma Sejarah, melalui Sebercak Darah.
oleh: Dwi Nur Akbar W
Bandung
– Sejarah, mendengar kata ini dengan spontan terlintas di dalam pikiran kita
yaitu sesuatu yang membosankan, membuat kantuk dan menyebalkan. Namun stigma
tersebut dapat dipatahkan oleh mahasiswa/i Jurusan Pendidikan Sejarah angkatan 2013
dibawah bendera HIMAS (Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah) pada hari Kamis, 27 Februari 2014 kemarin.
Mereka
menggelar sebuah pameran kesejarahan. Dengan mengambil tajuk Sebercak Darah
(Semua Berawal dari Cerita dan Kisah dalam Sejarah) mereka berhasil mengundang
perhatian mahasiswa/i di Bumi Siliwangi, Universitas Pendidikan Indonesia. Acara
yang diselenggarakan di pintu timur FPIPS ini dimulai pada pukul 08.00 dan
berakhir pada pukul 12.30 WIB.
Pameran
ini di isi dengan berbagai barang-barang koleksi yang berkaitan dengan
Perjuangan Kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1950. Sebuah event yang sangat ditunggu untuk hadir, bagi kalangan pemerhati dan pengajar
Sejarah di kampus UPI. Koleksi barang pameran ini di dapat dari berbagai
sumber, mulai dari Bapak Iryadi seorang Dosen Sejarah yang juga seorang
kolektor barang bersejarah, hingga Museum Wirayudha Batara yang bertempat di
Bumi Siliwangi, UPI.
Dengan
mengambil tajuk Sebercak Darah, menimbulkan banyak pertanyaan, ini sebuah event
apa? Seperti seseorang yang berhasil kami wawancara, ia mengatakan bahwa “Saya
kira ini acara donor darah, eh, taunya acara pameran. Keren, bikin bingung judulnya,
tapi setelah saya kunjungi, ternyata pameran. Keren, saya harap ada pameran
lagi ya kedepannya.”
Sebercak
Darah disini sebenarnya adalah sebuah simbol perlawanan kami para mahasiswa/i Jurusa
Pendidikan Sejarah. Dimana bercak darah selalu dianggap sepele oleh semua
masyarakat, layaknya berkata “ah sudah”, seperti itu saja. Maka kami analogikan
bahwa Sejarah itu bukan hanya sekedar bercak darah para pejuang yang telah
gugur yang tidak ada artinya. Namun kita sebagai generasi penerus bangsa
seharusnya dapat memahami, dan mempelajari dan menjaga Sejarah, demi masa depan
yang lebih baik bagi negeri kita.
Mungkin
ini sebuah langkah awal kami calon Pendidik Sejarah untuk membangun rasa cinta untuk
membangun rasa ingin tahu mengenai Sejarah bangsa. Sejarah selama ini selalu
dianggap pelajaran yang tidak menyenangkan, untuk itu kami mencoba membuat
Sejarah ini menyenangkan dan tidak sesuai stigma yang telah terpatri di khalayak
ramai.
Kami
tidak rela bila Sejarah itu seperti enggan untuk maju kedepan. Dalam artian
pelajaran Sejarah atau Sejarah bangsa ini hanya dianggap peristiwa masa lalu
yang tidak harus diketahui bahkan hingga dianggap tidak penting. Untuk itu kami
selenggarakan sebuah event pameran dengan konten membagi empat bagian dalam
tenggat waktu 1945-1950, yaitu: Sejarah Kependudukan Jepang dan Perang Asia
Pasifik, Perjuangan Diplomasi, Perjuangan melalui jalur Militer dan Peristiwa
Proklamasi.
Suatu
kehormatan bagi kami, karena Bapak Dekan FPIPS Bapak Prof.
Dr. Karim Suryadi, M.Si. dan disaat beliau mengisi Wall of Fame, beliau berkata
“Perticious!” sebuah apresiasi yang
luar biasa bagi kami. Karena beliau pun menyempatkan diri untuk berfoto dengan
beberapa entertainer talent kami.