Monday 19 May 2014

Pendidikan Sejarah UPI 2013: Membuat Sejarah di dalam Sejarah

Mengubah Paradigma Sejarah, melalui Sebercak Darah.
oleh: Dwi Nur Akbar W

Bandung – Sejarah, mendengar kata ini dengan spontan terlintas di dalam pikiran kita yaitu sesuatu yang membosankan, membuat kantuk dan menyebalkan. Namun stigma tersebut dapat dipatahkan oleh mahasiswa/i Jurusan Pendidikan Sejarah angkatan 2013 dibawah bendera HIMAS (Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah) pada  hari Kamis, 27 Februari 2014 kemarin.
Mereka menggelar sebuah pameran kesejarahan. Dengan mengambil tajuk Sebercak Darah (Semua Berawal dari Cerita dan Kisah dalam Sejarah) mereka berhasil mengundang perhatian mahasiswa/i di Bumi Siliwangi, Universitas Pendidikan Indonesia. Acara yang diselenggarakan di pintu timur FPIPS ini dimulai pada pukul 08.00 dan berakhir pada pukul 12.30 WIB.
Pameran ini di isi dengan berbagai barang-barang koleksi yang berkaitan dengan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1950. Sebuah event yang sangat ditunggu untuk  hadir, bagi kalangan pemerhati dan pengajar Sejarah di kampus UPI. Koleksi barang pameran ini di dapat dari berbagai sumber, mulai dari Bapak Iryadi seorang Dosen Sejarah yang juga seorang kolektor barang bersejarah, hingga Museum Wirayudha Batara yang bertempat di Bumi Siliwangi, UPI.
Dengan mengambil tajuk Sebercak Darah, menimbulkan banyak pertanyaan, ini sebuah event apa? Seperti seseorang yang berhasil kami wawancara, ia mengatakan bahwa “Saya kira ini acara donor darah, eh, taunya acara pameran. Keren, bikin bingung judulnya, tapi setelah saya kunjungi, ternyata pameran. Keren, saya harap ada pameran lagi ya kedepannya.”
Sebercak Darah disini sebenarnya adalah sebuah simbol perlawanan kami para mahasiswa/i Jurusa Pendidikan Sejarah. Dimana bercak darah selalu dianggap sepele oleh semua masyarakat, layaknya berkata “ah sudah”, seperti itu saja. Maka kami analogikan bahwa Sejarah itu bukan hanya sekedar bercak darah para pejuang yang telah gugur yang tidak ada artinya. Namun kita sebagai generasi penerus bangsa seharusnya dapat memahami, dan mempelajari dan menjaga Sejarah, demi masa depan yang lebih baik bagi negeri kita.
Mungkin ini sebuah langkah awal kami calon Pendidik Sejarah untuk membangun rasa cinta untuk membangun rasa ingin tahu mengenai Sejarah bangsa. Sejarah selama ini selalu dianggap pelajaran yang tidak menyenangkan, untuk itu kami mencoba membuat Sejarah ini menyenangkan dan tidak sesuai stigma yang telah terpatri di khalayak ramai.
Kami tidak rela bila Sejarah itu seperti enggan untuk maju kedepan. Dalam artian pelajaran Sejarah atau Sejarah bangsa ini hanya dianggap peristiwa masa lalu yang tidak harus diketahui bahkan hingga dianggap tidak penting. Untuk itu kami selenggarakan sebuah event pameran dengan konten membagi empat bagian dalam tenggat waktu 1945-1950, yaitu: Sejarah Kependudukan Jepang dan Perang Asia Pasifik, Perjuangan Diplomasi, Perjuangan melalui jalur Militer dan Peristiwa Proklamasi.
Suatu kehormatan bagi kami, karena Bapak Dekan FPIPS Bapak Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si. dan disaat beliau mengisi Wall of Fame, beliau berkata “Perticious!” sebuah apresiasi yang luar biasa bagi kami. Karena beliau pun menyempatkan diri untuk berfoto dengan beberapa entertainer talent kami.

            Kemeriahan acara pameran kesejarahan ini semakin terasa disaat film-film peristiwa Sejarah yang mencakup empat scope mulai kami putar dan iringan musik-musik perjuangan dan nasional pun ikut menghangatkan suasana pameran kesejarahan ini. Animo mahasiswa/i fakultas dan jurusan selain FPIPS pun sangat menggerilya, luar biasa. Priceless!. (SebercakDarah)